Prakata

Lewat jemari-jemari kecil langit Yogyakarta, hingga baiknya doa dari paras ayu sang nabastala, pun ribuan rasi bintang yang mengukir di setiap detak jantung hati manusia.

Selamat datang di semesta Tiga Ribu Senja.

Selamat bersua dengan sepasang temu dari bentuk perasaan bahagia. Perasaan dari sebuah cerita yang menemukan kita pada sebuah pekan raya dari kisah-kisah lama patah rasa; tentang kisah jingga di antara sebait pertemuan jeda, hingga cerita ini bersua dengan sebuah festival perayaan manusia… bernama jatuh cinta.

Semesta, dan inilah kisah pertualangan kecil tentang kita. Saya perkenalkan padamu, sebuah alkisah dari Bhumi Paradesenja.

Serupa Lakon Ceritera

Karakter #01

Lee Jeno sebagai Narajengga Alugara

Dari satu titik warna sederhana, lahirlah manusia yang hidup dan bersembunyi di balik tebalnya dinding rasa. Jagat semesta, inilah Narajengga… nama yang telah Yogyakarta sematkan untuk raganya.

Perihal suka tidak suka, begitulah ia menerima dengan hati terbuka. Jengga adalah pemuda berhati beku yang kadang sedingin embun Puncak Mandala. Namun, terkadang juga ia menjelma sesosok netra seindah sorot langit senja, pun menorehkan senyuman sehangat sinar surya.

Karakter #02: 

Shin Ryujin sebagai Lintang Pulung Pawening

Angin, apa kau tahu? Seperti makna namanya dalam masyarakat jawa. Dalam setiap titih doa baik yang orang tua berikan pada anak mereka. Lintang selalu menyalakan harapannya, semoga… gadis pengembara rasa itu benar-benar menjadi sosok penerang di gulitanya malam angkasa; menjadi sedikit petunjuk bagi perahu rasa yang kini tak tahu arahnya.

Namun semesta, di dalam samudra hatinya, justru ialah yang kini terjebak dalam pusaran segitiga rasa. Antara warna senja, gugusan bintang di angkasa, pun dengan putra langit milik jagat raya.

Karakter #03:

Lee Jeno sebagai Lanang Ing Jagat Nabastala

Bumiku yang indah, kau akan mengikuti sebuah kisah setia dari salah satu putra kesayangan bumantara. Ceritera dari manusia yang berkawan begitu lama dengan birunya benua; yang ternyata tengah berusaha menenun temu dari doa rindu yang tak ada habisnya.

Dari pemuda Nabastala, kuajak kau menemui hati yang tengah tersesat dalam belantaranya hutan bernama rasa. Dari Lanang pula, kuajak kau menemani kepingan perasaan yang malang; yang tersesat untuk melihat kembali jalan pulang.

Karakter #04:

Huang Renjun sebagai Jajar Rasi Parikesit

Parikesit adalah sebuah nama indah yang telah diturunkan dari keluarganya. Sebuah keluarga yang sudah sejak lama kehilangan sukma bernama cinta; Sebuah keluarga yang tampak utuh di depan mata, tetapi begitu rapuh di dalamnya.

Maka dari itu, pemuda dengan mata lugu tersebut lebih memilih memeluk nama masa kecilnya. Rasi, Semesta. Kumpulan bintang yang tercipta dari sedikit kata, namun punya banyak luka di dalam ruang rasa.

Karakter #05:

Yoo Jimin sebagai Kahayun Seruni Arum  

Kata para manusia, gadis itu hidup penuh dengan cukup yang tak ada habisnya. Dibesarkan pula oleh keluarga yang terlahir dari suapan sendok perak menyilaukan netra. Namun kau tahu, Yogyakarta? Bagi Kahyun, memangku sebuah mahkota adalah hal paling melelahkan di dunia. 

Apalagi menjadi seorang penyimpan rahasia, yang ke mana pun sepatunya melangkah ke arah rasa, ia menemukan lawan kata dari bahagia. Sampai ia bertemu dengan kata bernama rela, atau kembali ke cerita lama.

Karakter #06:

Hwang Hyunjin sebagai Bayu Putra Juanjatra

Jika berbincang perihal manusia yang pandai melawan arus rasa, yang mahir dalam menaklukan hati kaum hawa. Maka kau akan mengenalnya, Semesta. Jatra. Anak jagat raya yang setia dengan satu kebimbangan rasa yang tak ada ujungnya.

Padahal pemuda yang gemar bermain soal hati itu pandai dalam hal mencari. Namun lagi-lagi sudut rasanya kembali jatuh pada sepengal perasaan dari masa lalu yang tak mau hilang dari sudut hati.

Karakter #07:

Hamada Asahi sebagai Genta Aji Saka Bumi

Yogyakarta mungkin sudah tahu. Bahwa ia akan menjatuhkan hatinya pada seorang Genta—pemuda dengan segudang tanya yang banyak ragu, sekaligus manusia yang tak bisa diterka ke mana arah hatinya bertemu.

Mungkin dari Genta juga, kita akan sama-sama bersua dengan sebuah kata menerima. Manusia yang hatinya akan tetap jatuh cinta, meski ia tahu hanya sebelah tangan yang akhirnya dapat ia rasa.

Karakter #08:

Kim Minjeong sebagai Ancala Binar Janardana

Meski dalam urusan jatuh cinta ia tak pandai melihat lebih dekat perihal rasa; Meski terkadang juga telinganya tak begitu tanggap dalam menangkap sinyal alunan suara jiwa. Kala tetaplah seorang Kala.

Anak semesta yang masih memiliki indra peka, apalagi tentang frekuensi asing bernama jatuh cinta. Namun gadis kesayangan ayah ini lebih memilih untuk berpura-pura, agar persahabatannya tak hancur dalam seketika.

Karakter #09:

So Junghwan sebagai Natra Langit Engabehi

Dari rona cokelat teduh matanya, kau akan mengenal satu manusia yang pandai dalam merawat rindunya anak doa; putra milik alam raya—yang kebetulan suka menyembunyikan luka rasa di sudut senyumannya.

Dari netra Langit juga, kita akan sama-sama melihat sebuah cerita lama; tentang perjalanan sepasang bahagia, yang berakhir tak seindah jingga yang menghiasi langit senja tak bertepi di atas sana.

Karakter #10:

Na Jaemin sebagai Duh Bagos Kalantara

Kalantara, namanya dalam semesta ini hanya bagian dari pelengkap rasa pada warna ibu cerita. Ia menjelma dari bait-bait kosa kata dan harapan salah satu manusia—yang menjadi rumah pulang dari pelukan panjang yang penuh didamba.

Kalantara… nama yang mampu membuat kalian bertemu dengan kenangan kecil yang begitu hangat, walau hanya bertatap begitu singkat. Namun, mampu menyihir hatimu berdebar lebih cepat.

Playlist

12 komentar untuk “Prakata Ceritera Tiga Ribu Senja”

  1. baru Prakata Ceritera loh ini, tapi air matanya sudah kemana-mana. semangat selalu mas Nava, sampai bersua di bagian berikutnya.

  2. Senang rasanya bisa bersua setelah sekian lama menunggu. Dari saya yang tidak sengaja bertemu akun ini pada tahun 2019 dan langsung jatuh hati, terimakasih mas nava sudah diberi kesempatan untuk menjadi lebih dekat dengan ceritamu yang indah.

  3. Im pretty pleased to find this great site. I need to to thank you for ones time for this particularly fantastic read!! I definitely loved every little bit of it and I have you saved as a favorite to see new stuff on your blog.

  4. Selamat sore Mas Nava, senang sekali rasanya kembali bisa membaca cerita hangat ini. Rasa haru jika diingat saat kali pertama membaca cerita Merakit Perasaan di platform oren kala itu, membaca cerita ini kembali seperti memanggil kenangan saya pribadi pada kala itu. Terima kasih untuk tetap menulis cerita, semoga selalu diberi segala hal baik dan berteman bahagia. Semangat 🙂

  5. Malam Mas Nava, salam hangat dari kota atlas. Bagaimana hujan di Yogya mas? Apakah rintiknya masih sama setianya dengan hujan di sini? Apakah kabutnya masih setia menyambut kala pagi? sekadar bertanya saja tidak ada maksud lain, dan hanya ingin mengucap sesuatu. Saya adalah salah satu manusia yang mengagumi setiap kata yang Mas Nava rangkai di bumi ini. Meskipun tak pernah secara nyata bersua, saya yakin setiap insan bumi yang membaca tulisan Mas Nava, bahkan bumi Yogyakarta yang kadang kali saya singgahi, akan senantiasa mencintai Mas Nava. Salam mas, semoga saya masih diberi waktu untuk selalu mengingat, agar tak lagi lupa bahwa masih ada kisah indah yang Mas Nava rangkai kedepannya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

error: Content is protected !!